THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

About Me

Foto saya
aq pngn punya blog yg menjelaskan pada semua orang , bahwa d dunia sudah menganut aliran zionisme . ..

shep

shep
private

Sabtu, 24 Januari 2009

Paman Sam dan Negara Arab Jilat Pantat Israel. Palestina Menangis

Mak Erot's picture


Israel benar-benar “biadab” dan tak beradab. Mereka memberikan parcel Tahun Baru Islam (1430 H) bagi Palestina yang sangat menyakitkan. Sudah satu minggu rakyat Palestina dihujani peluru dan mortir Israel yang semakin brutal dan tak beradab. Bukan hanya pusat pergerakan Hammas yang diserang. Tapi sekolah-sekolah dan masjid-masjid –sudah 8 masjid dihancurkan. Tampaknya sudah menjadi agenda ‘khusus’ Israel untuk memberikan surprise yang menyakitkan dan memilukan bagi rakyat Palestina.

Sebenarnya, surprise itu bukan hanya untuk Palestina, tapi untuk seluruh umat Islam. Karena umat Islam adalah “satu tubuh”, seperti yang digambarkan Rasulullah dalam sabdanya. Tapi apa kabar dengan umat Islam hari ini? Berbagai hujatan diluncurkan untuk membalas hujan peluru dan bom di Palestina. Rakyat Palestina yang meradang, umat Islam hanya bisa saling hujat dan saling kutuk. Pemerintah umat Islam benar-benar sudah mengidap penyakit wahn, seperti ramalan Baginda Rasulullah. Wahn, terlalu cinta kepada dunia dan takut mati.

Kenyatan Pahit
Negara-negara Muslim boleh saja berbangga dengan mengirimkan bantuan berton-ton obat-obatan dan makanan. Tapi perlu dicatat, rakyat Palestina bukan hanya butuh itu. Mereka butuh kiprah langsung di medan juang. Saat ini. Ya, ini lah saatnya umat Islam dan negara-negara Muslim menunjukkan solidaritasnya. Ukhuwwah yang konkret dan bukan kamuflase. Itu harapan semua orang dan berbagai pihak. Tapi apa daya. Kenyataan pahit lah yang kita saksikan hari ini.

http://a.abcnews.com/images/Politics/obama_israel2_080723_mn.jpg

Pemimpin negara Muslim hanya bisa saling tuduh dan saling hujat. Ali Khamenei menghujat Mesir. Begitu juga dengan sekjen Hizbullah, Sayyid Hassan Nashrullah dari Lebanon. Mesir malah tenang-tenang, bahkan balik menuduh Iran punya kepentingan dan Nasrhrullah yang menghancurkan Lebanon. Ada apa dengan Mesir?

Negara-negara Muslim lain masih tak bergeming. Tidak usah tanya negara Saudi Arabia dan negara-negara Teluk serta Emirat. Bukan kah mereka sudah berada dalam genggaman negeri Paman Sam? Apa yang dapat dilakukan oleh negera-negara yang sudah ‘candu’ dengan bantuan dan dukungan negara paling kurang-ajar akhir-akhir, karena kasus Afganistan dan Irak.

Mesir adalah negara paling dekat dengan Israel, karena punya benteng Rafah. Sampai hari ini belum juga dibuka. Meskipun duta Mesir untuk Indonesia pernah menyatakan itu sudah dibuka. Ternyata tidak. Sampai hari ini, partai oposan dari pihak Ikhwan Muslimin (IM) terus mendesak pemerintah Mesir agar membukanya. Kemungkinan besar, kata www.aljazeera.net (Jum‘at, 2/1/09), demonstrasi besar-besaran akan terjadi di perbatasan Mesir-Israel, sebagai bentuk solidaritas umat terhadap saudaranya di Palestina. Ini lah yang mesti ditunjukkan dan dikerjakan secepatnya. Jangan ditunda-tunda lagi. Buka Rafah secepatnya!

Paman Sam Pelanggar HAM
Draft yang diajukan oleh Perancis dan Mesir serta beberapa negara lain agar kiranya gencatan senjata segara dilakukan ditolak oleh Amerika Serikat (Republika, 2/1/2009). DK PBB tidak usah ditanya. Paling banter mereka hanya mengeluarkan resolusi PBB. Dan mereka belum tentu menghukum Israel atas kejahatan dan kebiadabannya. Konon lagi Israel adalah ‘anak emas’ Paman Sam. Ditambah lagi Paman Sam punya “hak veto” bersama empat negara lainnya. Semuanya adalah Barat, dan semuanya “membenci” Islam. Sekjen PBB? Tidak ada giginya sama sekali. Dan sepertinya sengaja, yang menjadi sekjen PBB adalah negara-negara kecil, yang masih butuh uluran tangan negeri Paman Sam. Dilematis. Benar-benar dilematis.

Sudah saatnya negara-negara Arab bersatu-padu membela saudaranya. Atau kah itu terlalu sulit, karena masing-masing mempertahankan ‘ashabiyyah (kesukuan, chauvinisme)nya, seperti kata Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya. Itu lah penyakit negara Arab. Mungkin mereka merasa, bukan negara mereka yang sedang dijajah dan diluluh-lantakkan. Biarkan lah Palestina menyelesaikan urusan negaranya. Mungkin juga sumbu nalar mereka terlalu pendek. Sehingga tidak sadar ketika seluruh negara Islam dihancurkan, tidak ada yang dapat mereka lakukan.

Perlu Diwaspadai
Umat Islam harus cerdas membaca situasi. Bukankah Taliban di Afganistan sedang digempur habis-habisan oleh pasukan dan negara-negara Barat yang pengecut. Berapa negara yang dikirim ke sana hanya untuk menghancurkan Taliban. Alasan di sebalik itu bukan “Taliban”, tapi Taliban mempertahankan dan memperjuangkan Islam. Di Irak juga sama. Berapa negara yang diminta oleh Paman Sam untuk membantu menghancurkan negara Seribu Satu Malam itu. Bukan karena Saddam Husein yang dispotik dan tiranik. Tapi karena Saddam Muslim dan sedang melawan arus kepentingan Amerika. Bukan pula karena Irak memiliki senjata pembunuh massal, tapi karena masalah negeri Paman Sam yang butuh minyak. Buktinya George W. Bush mengakui bahwa senjata pembunuh massal tidak ada. Toh akhirnya Bush menyesal. Sungguh, penyesalan yang dibuat-buat.

Beberapa waktu lalu Amerika juga mulai cari gara-gara di Syiria. Serangan pesawat tempurnya membunuh 10 orang tak berdosa. Alasannya klasik: Kami sedang mengejar teroris yang bersembunyi di Syiria. Dengan Iran juga begitu. Sampai hari ini masih bersitegang. Tampaknya Iran akan dijadikan “Irak” kedua. Karena alasannya sama-sama “nuklir”. Dapat dibayangkan sekiranya Syira hancur, Taliban hangus, dan Iran luluh-lantak. Apa yang dapat dilakukan oleh negara-negara Saudi Arabia, Abu Dhabi, Emirat, Yaman, Yordania, apalagi Indonesia. Tidak akan ada yang berani tampil sebagai kekuatan penyeimbang. Karena semuanya sudah menjadi ‘budak’ Barat. Semuanya sudah menjadi “penjilat” demi kepentingan palliative.

Sebagai Muslim tentunya kita tidak boleh putus asa, karena itu adalah sifat kaum Kafir kata Allah. Kita ingin melihat dengan nyata, masihkah negara-negara Muslim-Arab diam melihat saudaranya digempur habis-habisan. Atau mereka akan turun dan terjun langsung angkat senjata ke negeri Palestina. Kita tidak ingin seperti pepatah klasik yang menyatakan, ‘Ittafaqu ‘ala alla yattafiqu’, ‘Negara-negara Arab-Muslim biasanya berkumpul dan sepakat untuk “tidak sepakat”. Wallahu a‘lamu bi al-shawab.





Konflik Israel-Palestina

January 25th, 2008

Perselisihan Israel dan Palestina, sekaligus hubungan Indonesia dengan Israel.

Mengunjungi Israel

Pada awal Desember 2007, lima wakil dari lembaga Islam Indonesia, termasuk Muhammadiyah dan Nadhlatul Ulama, berangkat ke Israel dan menemui presidennya, Shimon Peres. Kunjungan mereka disponsori oleh Simon Wiesenthal Center dan LibForAll Foundation.

Shimon Peres menyatakan bahwa ia sangat gembira menerima para ulama tersebut, dan ia juga berharap jika lebih banyak orang Indonesia yang mau mengunjungi Israel di bulan Mei 2008 untuk mendoakan damai sambil merayakan ulang tahun Israel yang keenam puluh.

Perwakilan Indonesia di Israel
Perwakilan Indonesia di Israel.

Ketua PW Muhammadiyah Jawa Timur Syafiq Mugni berharap kalau masyarakat Muslim Indonesia dapat menjadi lebih toleran, walaupun beliau juga mengakui masih banyak yang menentang demokrasi. Abdul A’la dari NU pun mengakui adanya kelompok-kelompok Islam garis keras di Indonesia.

Din Syamsudin dan Hasyim Muzadi yang masing-masing merupakan pemimpin Muhammadiyah dan Nadhlatul Ulama, menyampaikan ketidaktahuan mereka akan kepergian anggotanya ke Israel.

Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno (Mbah Tardjo) dari PDI-P menyuarakan penolakannya terhadap kunjungan tersebut, karena Israel masih menduduki Palestina. Lagipula, bangsa Israel yang terkenal medhit (pelit) tidak akan memberikan bantuan apapun untuk Indonesia, ujarnya.

Kolonialisme Bukan Islam

Pada bulan Desember, mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Ali Alatas berujar kalau dukungan Indonesia terhadap Palestina tidak ada hubungannya dengan agama.

Banyak kalangan yang salah paham mengaitkan dukungan Indonesia kepada Palestina dengan agama.

Ia mengatakan bahwa kedudukan Indonesia yang pro-Palestina memang masalah prinsip, sesuatu yang dinyatakan oleh konstitusi kalau kemerdekaan adalah hak setiap negara yang tidak bisa diganggu gugat, dan maka itu, semua bentuk penjajahan harus dihapuskan.

Dituntun oleh keyakinan ini, Indonesia telah giat mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa lain, seperti Afrika Selatan dan Namibia, ujarnya.

Beliau menyesali keadaan dimana banyak orang mengira dukungan Indonesia untuk Palestina didorong oleh persaudaraan Islam.

Kekhawatiran Hak Asasi Manusia

Di tanggal 24 Januari 2008, sebagai akibat dari pemblokiran daerah Palestina dan penyerangan-penyerangan oleh pasukan Israel, anggota DPR Andreas H Pareira dari PDI-P mengatakan bahwa Indonesia harus melakukan persuasi terhadap Amerika untuk:

…memaksa Israel agar tidak menggunakan kekerasan terhadap Palestina.

Pareira mengatakan Israel hanya mau mendengarkan Amerika:

Kita tidak bisa menyalahkan Amerika Serikat saja, namun Indonesia bersama dengan negara-negara Muslim lain perlu meyakinkan Amerika Serikat untuk bertindak terhadap Israel, dan bukannya hanya mengutarakan kecaman.

Hajriyanto Y Thohari dari Partai Golkar justru mengatakan Indonesia harus menekan Amerika Serikat untuk segera mengambil sikap terhadap Israel.

Ini sesungguhnya tindakan semena-mena Israel untuk kesekian kalinya. Lalu, quo vadis PBB. Kita semua harus berbuat sesuatu, jika memang kita masih memiliki rasa kemanusiaan dan menganggap dunia ini masih beradab.

Artikel ini diterjemahkan oleh Hannah Mulders dari versi bahasa Inggris - Israeli Palestinian Conflict.

298 Komentar untuk “Konflik Israel-Palestina”

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 9 10 »

  1. Nana bilang:
    February 9th, 2008 at 10:01 am

    Sebel jg sm israel. katanya mau damai, tp kok palestina tetap digempur? Itu perdamaian mananya? Lucu. Sebagai org indonesia yang brkesempatan datang ke israel, harusnya berani bicara serius untuk membuat ‘perdamaian sungguhan’! Ga sekedar dateng…

  2. Kesih bilang:
    May 18th, 2008 at 7:12 pm

    Kenapa sih susah bgt nyari artikel ini

  3. Andy bilang:
    May 26th, 2008 at 12:49 am

    Palestina itu kalau perlu digempur habis2an. Saya tidak mengerti kenapa Ali Alatas dan beberapa anggota DPR RI dan khususnya umat islam indonesia sangat tidak suka dengan bangsa Israel. Yang mengempur Palestina bukan Israel saja, tetapi Sirya juga akan bertindak tegas kepada Palestina.

    Negara Palestina dan Bangsa Palestina adalah bukti kebohongan bangsa Arab dan keserakahan bangsa Arab. Sepanjang sejarah tidak ada negara yang dinamakan Palestina, maka dari itu jelas tidak ada yang dinamakan rakyat/bangsa Palestina. Palestina aníllala nama tempat. Kalaupun ada yang jelas bangsa Palestina pasti berasal dari suku Yahudi bukan Arab. Yang ada adalah tanah air suku Yahudi yang dinamakan Judea yang kemudian diganti nama menjadi Syria Palestina atau singkatnya Palestina oleh bangsa Romawi. Negara Israel modern yang ada sekarang ini adalah kelanjutan dari sejarah panjang, lebih dari 3000 tahun yang lalu, eksistensi orang Yahudi.

    Didalam Alqur’an saja tidak nama Palestina ataupun Falistine. Ini jelas kebohongan orang2 Arab. Yang jelas Jerusalem itu milik bangsa Israel dan Sirya.

  4. Rob bilang:
    May 26th, 2008 at 1:56 am

    Kalau argumentasi seperti ini yang berdasarkan Al-Kitab atau Al-Qur’an terlalu simplistis. Kita tidak bisa sekarang berhenti negosiasi untuk satu Negara bernama Palestina karena gak disebut di Al-Qur’an, masa berhenti di saat ini dan minta maaf sama orang Palestina itu dengan alasan, “wah, setelah baca kembali al-Qur’an kita harus minta maaf karena terus terang di sana tidak ada nama palestina atau orang palestina!”

    Aku dengar ini seperti pembahasan tentang kontrak perdata dimana satu pihak mengklaim bahwa hak mereka lebih kuat karena itu hak yang pertama dalam waktunya (first in time)…Nah, argumentasi Andy ini adalah karena sejarah orang Yahudi di dalam lokasi2 penting ini lebih panjang lalu mereka punya hak yang harus diakui terlebih dahulu.

    Menarik tapi simplistis.

    Sebenarnya yang perlu sekarang ada resolusi atau komitment terhadap Negara Palestina yang dapat ko-eksist dengan negara lain, mislanya Israel atau Siria.

  5. Andy bilang:
    May 26th, 2008 at 10:33 am

    Kita harus kembali kepada sejarah Jerusalem.
    Banyak orang salah kaprah dengan mengatakan orang2 Yahudi dipaksa keluar dari tanah mereka oleh tentara Romawi setelah Kuil(Synagogue) kedua mereka di Yerusalem dihancurkan tahun 70 M. Lalu menurut pengertian sejarah salah kaprah ini; 1.800 tahun kemudian, tiba2 orang2 Yahudi kembali ke Palestina dan menuntut kembali tanah airnya. Faktanya adalah: orang2 Yahudi tetap mempertahankan tanah air mereka selama 3.700 tahun. Bahasa nasional dan kebudayaan khas Yahudi tetap bertahan di wilayah itu.

    Yahudi menganggap Israel sebagai tanah airnya berdasarkan 4 (empat) hal:

    1. Tuhan sendiri yang menjanjikan tanah warisan ini kepada Abraham
    2. Orang2 Yahudi tetap hidup disitu dan merawat daerah itu
    3. Pemberian kedaulatan penuh oleh PBB kepada Yahudi di Palestina
    4. Penguasa daerah berdasarkan perang bela diri

    Istilah “ Palestina” diambil dari kata Filistine, yakni merujuk pada orang2 Aegea yang pada abad 12 SM tinggal di tepi Mediterania yang sekarang dikenal sebagai Israel dan Jalur Gaza. Abad 2 M, setelah menghancurkan pemberontakan Yahudi, pemerintah Romawi untuk pertama kalinya memberi nama Palestina pada tanah Yudea (bagian selatan Israel yang sekarang dikenal sebagai Tepi Barat) dalam usaha untuk menciutkan identitas Yahudi dengan tanah Israel. Kata Arab “ Filastin” diambil dari nama Latin ini.

  6. Andy bilang:
    May 26th, 2008 at 10:39 am

    Ahli sejarah Arab terkemuka AS, Prof. Phillip Hitti dari Universitas Princeton, membuat pengakuan di depan Anglo-American Committée di tahun 1946, dengan mengatakan: “ Tidak pernah ada “Palestina” dalam sejarah, sama sekali tidak.”

    Memang, Palestina juga tidak pernah ditulis dengan tegas dalam Qur’an yang disebut adalah “Tanah Suci” (al-Arad al-Muqaddash).

    Sebelum adanya pembagian daerah, orang2 Arab Palestina tidak melihat diri mereka punya identitas yang terpisah. Tapi ketika First Congress of Muslim-Christian Associations bertemu di Jerusalem di bulan Februari 1919 untuk memilih wakil2 Palestina untuk Konferensi Perdamaian Paris, pernyataan berikut diumumkan:

    Kami merasa Palestina adalah bagian dari Syria Arab, karena bagian ini tidak pernah terpisah dari Syria dalam waktu kapanpun. Kami berhubungan dengan Syria secara kenegaraan, agama, bahasa, ekonomi dan ikatan daerah.

    Tahun 1937, pemimpin Arab setempat, Auni Bey Abdul-Hadi, menyatakan Peel Comissión yang pada prinsipnya menuntut bagian Palestina: “ Tidak ada negara (Palestina)!! Kata “Palestina” itu diciptakan oleh Zionist! Tidak ada kata Palestina dalam Alkitab. Tanah air kami sejak berabad-abad merupakan bagian dari Syria.

    Wakil Arab Higher Committee untuk PBB mengajukan pernyataan di General Assembly di bulan May 1947 yang menyatakan bahwa “ Palestina” merupakan bagian dari Propinsi Syria” dan karenanya, secara politis, orang2 Arab Palestina tidak terpisah dari Syria dan tidak bisa membentuk kesatuan politis yang terpisah dari Syria.

    Beberapa tahun kemudian, Ahmed Shuqeiri, yang lalu jadi PLO, mengatakan pada Security Council: “ Sudah jadi pengetahuan umum bahwa Palesrtina adalah bagian Selatan Syria”.

    Nasionalisme Arab Palestina kebanyakan muncul setelah Perang Dunia I. Tapi ini tidak jadi gerakan politik yang bermakna sampai terjadi Perang Enam Hari (six day war) di tahun 1967 dan Israel menguasai Tepi Barat.

  7. Rob bilang:
    May 26th, 2008 at 1:41 pm

    Andy yg budiman…

    Nah, isu ini bukan apakah aku setuju atau tidak dengan interpretasi sejarah Israel dan orang Yahudi atau kesaksian beberapa orang pada tahun 1946an…

    Sebenarnya isu buat aku adalah saat ini setelah kami sudah mulai proses pengakuan hak orang Palestina (Filistine) untuk mempunyai negara sendiri dan proses ini sudah berlangsung lama dan sudah makan banyak korban apakah kita bisa drop aja dan ‘back track’ dan bilang sama orang Palestina, “maaf tapi konsep negara Palestina adalah kesalahan besar berdasarkan sejarah daerah ini sehingga proses ini diberhentikan langsung!”

    Mungkin kita harus setuju untuk tidak setuju!

  8. Andy bilang:
    May 26th, 2008 at 5:40 pm

    … hello rob, makasih utk diskusi Palestina.

    Masalahnya Palestina dan orang2 Arab yang mayoritas di Jerusalem sendiri tidak pernah akur satu sama yang lain. Saat PLO terbentuk dahulu ada 2 kubu. yang satu garis keras yg dimanakan Elfatah… dan mereka mayoritas pro Sirya. Ada Piagam PLO sampai saat ini masih menuntut penghancuran negara Israel. Pemimpin Palesina saat ini agak sulit melakukan perdamaian dengan Israel. Disisi lain kelompok Yasser Arafat dan pengantinya sekarang ini sangat moderate dan mau berdamai dengan Israel… menggigat di Palestina sendiri terdiri dari 55% Palestina beragama Islam dan 45% yg beragama Kristen. Mereka semua PLO yang mau berdiri negara sendiri. tetapi disisi lain Elfata yg didukung oleh Sirya tdk mengigini kemerdekaan… karena mereka mengklaim bahwa Jerusalem adalah bagian dr provinsi Sirya selatan…. ini juga membuat bangsa Israel kesulitan. bangsa Isarel sangat menghormati Yasser Arafat, karena bangsa Israel sangat yakin pemikiran almarhum Yasser Arafat yang sangat modern. Bagaimana cara menghilangkan piagam PLO itu?? apa Amerika, Rusia dan Indonesia bisa mencabut piagam PLO itu??

    Saya coba menjelaskan dan uraikan sejarah ini dengan apa adanya…

  9. Andy bilang:
    May 26th, 2008 at 6:16 pm

    Rob,
    disini bukan maslah Isarelnya yang menjadi batu sandungan, tetapi didalam tubuh Palestina/PLO masih ada dua lisme. Sirya sendiri bermuka dua, tidak mungkin Sirya membiarkan Palestina merdeka…. tidak mengkin. Hamas sendiri adalah boneka Sirya yang diciptakan untuk penghancuran keinginan rakyat Palestina merdeka. Bagi Isarel pembagian tanah yang sudah disahkan oleh PBB sangat cukup buat mereka. Tetapi keinginan garis keras Arab/PLO tetap penghancuran Israel.

    Tahun 1919, Inggris mendapat mandate dari League of Nations (Liga Bangsa) untuk mengawasi daerah Palestina, setelah kerajaan Ottoman tumbang. Daerah ini meliputi daerah modern Israel, Jordan, West bank dan Jalur Gaza (pada waktu itu kerajaan Jordan belum exist). Tujuan dari mandat ini kepada Inggris adalah membentuk negara untuk bangsa Israel/Yahudi.

    Ketika Inggris menerima mandat tanah Palestina, daerah ini cakupannya sangat luas sampai ke Jordan dan memang mayoritas penduduk di daerah ini adalah bangsa Arab. Maka itu atas pertimbangan keadilan, Inggris meminta kepada Liga Bangsa untuk membagi daerah ini menjadi dua bagian, satu untuk pendudukan suku Yahudi dan satu untuk bangsa Arab. Daerah untuk bangsa Israel hanya 23% dan dinamakan Palestina. Sedangkan untuk bangsa Arab 77% yang dinamakan Transjordan yang kemudian kerajaan Jordania. Sampai titik ini, semua adil. Bangsa Arab sebagai penghuni mayoritas mendapat potongan tanah mayoritas pula. Tapi rupanya bagi mereka ini tidak cukup, maka yang kita lihat sekarang adalah orang-orang Arab yang menamakan dirinya bangsa Palestina ingin mencaplok semua daerah Israel dan mengusir semua bangsa Israel keluar dari tanah Timur Tengah. Kalau kita lihat dari pembagian wilayah, apakah ini tidak fare?… bangsa Arab Palestina memperoleh cukup luas.

    Daerah territorial Israel hanya 1:650 dibanding keseluruhan jumlah lahan negara Palestina Arab. Penduduknya hanya 1:50 dari total penduduk negara2 Arab.

    21 dari negara2 arab adalah anggota PBB dan ada 52 tambahan suara dari negara2 islam

    Yahudi menjalankan Ibadan menghadap Jerusalem, muslim menghadap Mekah, bertolak belakang dengan Jerusalem.

    “ Surat Tanda Lahir” Israel secara international disahkan oleh janji Tuhan dalam alkitab; masyarakat Yahudi yang tinggal terus menerus di Israel sejak jaman Yoshua sampai saat ini; Deklarasi Balfour di tahun 1817; Mandat Liga Bangsa2, yang berhubungan dengan Deklarasi Balfour, partition resolution PBB tahun 1947; diterimanya Israel di PBB tahun 1949; pengakuan atas negara Israel oleh sebagian besar dunia, dan yang terpenting dari semuanya, masyarakat yang diciptakan oleh orang2 Israel selama berpuluh-puluh tahun berkembang suatu negara yang dinamis.

    Pertikaian bangsa Arab (Palestina) dengan Israel saat ini sebenarnya bukan karena masalah wilayah… tetapi sekelompok garis keras Arab yang tidak mengigini adanya kemerdekaan dari rakyat Palestina itu sendiri. Rakyat Palestina perlu didukung oleh dunia dalam kemerdekaannya,… tetapi bagaimana harus menyelesaikannya?… kenapa bangsa Jordania dan Mesir bisa melakukan perdamaian dengan bangsa Israel… sementara untuk mendapatkan kemerdekaan saja Palestina koq begitu sulit??…