THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

About Me

Foto saya
aq pngn punya blog yg menjelaskan pada semua orang , bahwa d dunia sudah menganut aliran zionisme . ..

shep

shep
private

Rabu, 12 November 2008

pemimpin adil rakyat sejahtera

JAKARTA-- ''Kemiskinan yang diderita rakyat Indonesia akibat ketamakan sebagian orang yang berkuasa.'' Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid, mengemukakan, potret politik di Indonesia menggambarkan dengan jelas bagaimana penjahat-penjahat besar menjadi pejabat. Sebaliknya, sebagian pejabat-pejabat juga menjadi penjahat besar. Indonesia pun kian terpuruk dan untuk memulihkan keadaan membutuhkan pemimpin yang adil. ''Kehancuran total dan dahsyat yang menimpa negeri ini bukan semata karena penduduknya kufur nikmat, juga lantaran ada 'penjahat-penjahat besar' yang menggunakan kekuasannya untuk memuaskan nafsu jahat duniawinya. Mereka menduduki tahta kekuasaan dengan lumuran dosa,'' tutur Hidayat Nur Wahid dalam khutbah Idul Fitri berjudul Pemimpin Adil, Indonesia (kembali) Sejahtera, di pelataran parkir Apartemen Taman Rasuna, Kuningan, Jakarta Selatan. Khutbah Idul Fitri Hidayat Nur Wahid disampaikan di hadapan sekitar 3.000 jamaah shalat Id. Nampak hadir di barisan terdepan antara lain pengusaha Aburizal 'Ical' Bakrie sebagai pembina kegiatan Ramadhan dan Idul Fitri 1424 H/2003 di Apartemen Rasuna. Allah SWT, ungkap Nur Wahid, menyebut manusia-manusia perusak kehidupan itu sebagai 'penjahat terbesar' yang pandai menipu manusia demi keserakahan yang egoistik. Mereka adalah orang-orang kerdil yang menggunakan kekuasaan untuk menghimpun, mengorupsi, dan menimbun harta benda duniawi, tanpa peduli akibat dari perbuatan jahatnya. Yang mereka korupsi, lanjut Nur Wahid, termasuk sebagian dari timbunan utang luar negeri Indonesia yang harus dibayar oleh rakyat. ''Kemiskinan yang diderita ratusan juta rakyat Indonesia adalah akibat ketamakan sebagian orang yang berkuasa,'' tegasnya lagi. Pandangan Islam, menurut Nur Wahid, sangat jelas. Untuk menghidupkan kembali kehidupan suatu negeri yang porak-poranda, mensyaratkan munculnya pemimpin dan kepemimpinan yang baik. Ibarat Allah memunculkan Thalut dan Daud untuk menggantikan Jalut. Atau, seperti Allah memunculkan Yusuf untuk menyelamatkan negeri Mesir yang nyaris bangkrut. ''Pemimpin dan kepemimpinan yang baik hanya tampil dari orang-orang yang bermoral kuat dan yang senantiasa melakukan kebaikan dalam hidupnya. Dalam bahasa Islam, yaitu orang-orang yang 'beriman dan beramal saleh'. Dari sinilah akan mengalir energi besar sebuah bangsa untuk bangkit dan membangun kembali kehidupannya atas bimbingan Allah SWT,'' jelas Nur Wahid. Pemimpin yang diridoi Allah, tegas Nur Wahid, harus mengamalkan tiga langkah besar untuk melakukan perbaikan kehidupan secara total. Pertama, mengokohkan kembali nilai dan ajaran agama sebagai orientasi dan pedoman kehidupan semua warga masyarakat. Langkah kedua, melakukan perubahan total dan radikal terhadap berbagai aspek mendasar kehidupan. Yakni, meliputi kekuasaan yang amanah, mendayagunakan semua sumber daya yang diberikan Allah tanpa dirasuki motif yang merusak (tamak), mensyukuri nikmat, serta bersikap adil dalam menjalankan kehidupan ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya. Langkah ketiga, memelihara potensi kebaikan masyarakat. Yaitu, sikap hidup seluruh penduduk dan pemimpin negeri yang selalu menegakkan amar makruf nahyi munkar. ''Salah satu pintu kehancuran kehidupan sebuah negeri adalah ketika para pemimpin dan penduduknya melakukan penghancuran secara sistematis dan masif terhadap potensi yang dimiliki dan dibangunnya,'' tutur Nur Wahid. Sementara itu Prof Dr H Achmad Sukardja SH MA dalam khutbahnya di Masjid At-Tin mengungkapkan hendaknya umat Islam meniru pesan Nabi dalam bertingkah laku. Terutama dalam memasuki dan menempuh kegiatan hidup pada tahun 1425 H. ''Yang lalu biarlah sebagai pelajaran,'' ujarnya. Pesan Nabi yang diriwayatkan Ibnu Hibban dari Abu Dzar Al Ghifari, ada empat kesempatan yang harus dilakukan setiap orang dalam bulan Ramadhan ataupun di luar. Yakni sempat beribadah, sempat introspeksi (mawas diri), sempat berfikir, dan sempat bekerja. (zam/lhk/republika.or.id, 28 Nop 2003/www.pks-jaksel.or.id)

0 komentar: